Rabu, 19 Maret 2014

Elena: "ini keinginanmu, bukan hatimu" (part 2)

by: Shabrina Gatenia

Aku terbangun di pagi hari yang cerah, yang tentu bertolak belakang dengan hatiku sekarang. Atau tepatnya hari kemarin. Kemarin? ya, kemarin adalah hari yang ingin sekali rasanya aku buang, aku hapus dari sejarah kehidupanku. Hari yang membuat mata ini seperti mata panda. Begitu terbangun, aku langsung mencari cermin untuk memastikan apakah mata ku ini ber mata panda atau tidak. "ya tentu lah ya" ucap ku dalam hati. Oke, memang tidak ada yang bisa memungkiri 'setiap kejadian pasti ada sebabnya'. Yang bisa aku lakukan sekarang hanya meratapi hari kemarin, entah, sebenarnya aku sudah muak untuk mengingatnya. Namun, apa daya, hati dan fikiranku masih menyimpan sebuah nama. Yaitu namamu.

Aku menyadari hati dan fikiranku ini tidak bisa dibohongi. Mungkin aku yang harus mencarkan mereka jalan keluar. Agar tidak terus menerus 'kamu.. kamu.. dan kamu..' kemarin, kau lagi lagi bertindak sesuai keinginanmu. Kau hanya memperdulikan diri mu sendiri, tidak orang lain bahkan perasaan orang lain. Memang kau tidak merasakannya, namun percayakah kamu akan adanya karma? Kau tidak akan merasakan sekarang, namun suatu saat tanpa kau sadari, kau akan merasakannya atau bahkan lebih parah.

Dengan mudahnya, seakan kau hanya mengatakan satu patah kata tak berarti. Namun ini? kau telah membuat keputusan besar untuk menghempaskanku pergi jauh. Bahkan, kau tidak berfikir sekalipun saat kau mengambil keputusan ini. Lagi-lagi, ini keinginanmu, bukan hatimu. Ya, ini keinginanmu. Karena kau hanya berfikir bagaimana caranya agar dirimu tidak sakit dan menderita, sedangkan, apa kau berfikir tentang perasaanku? tentang fikiranku kepadamu? oh ya, aku lupa satu hal. Bagaimana kau bisa memikirkan yang aku rasakan, sedangkan kau tidak pernah bertanya padaku, apa yang aku rasakan dan aku fikirkan tentangmu. Dan kau sendiri tidak pernah menganggap aku pernah mengutarakan apa yang aku rasakan dan aku fikirkan tentangmu. Karena apa, karena kamu tidak ingin merasakan sakit. Lihat; betapa egoisnya dirimu.

Namaku Elena, aku memang bukan orang yang punya nama besar. Tapi cukup dengan namaku diingat oleh orang-orang yang sayang padaku; seperti keluarga, teman-teman, dan orang sekitar, itu sudah membuatku merasa terkenal karena dihargai. Aku sekarang masih bersekolah, dan sekarang aku sedang mengalami masa-masa sulit, mungkin. Karena sekarang aku duduk di bangku kelas 12 Sekolah Menengah Atas atau sering disebut SMA. Kalau dengar kata-kata SMA, pasti aku berfikir bahwa ini adalah masa-masa paling indah. Memang itu benar, tapi yang lebih tepatnya lagi, ini adalah masa-masa dimana semua yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, dan sekarang aku merasakannya. Merasakan bagaimana berjuang untuk lulus dan lebih dewasa serta bijaksana untuk menentukan masa depanku yang berada di depan mata. Menurutku ini masa yang berat, karena sedikit demi sedikit fikiranku sudah terbuka untuk lebih dewasa, tidak hanya memikirkan ini bisa diurusin orang tua. 

Bicara masa depan yang sudah ada didepan mata, ya tau lah. Itu adalah pertanyaan besar 'mau kuliah dimana aku nanti? jurusan apa ya? mau jauh dari keluarga atau disekitar sini saja?'. Aku masih bingung menjawab itu semua. Ditambah dengan masalah yang membuatku mata panda  di hari ini. Dihari setelah kepulanganku dari Bandung untuk tes masuk universitas. Kau tahu? tentu ini membuatku untuk tetap meletakkan diri di kasur didalam kamar kesayanganku ini. Kamar yang hanya berukuran 3x4 mungil ini tempat dimana aku menghabiskan hari kemarin. Hari yang hampir 100% membuat aku terpuruk tanpa harapan. 

"Elenaa.." terdengar suara yang memanggilku dengan penuh kasih sayang. Siapa lagi kalau bukan ibu tercinta. "Iyaa mam, aku kesana" aku jawab dengan suara lemas, dan dengan segera aku membangkitkan tubuh yang sudah dirampok semangatnya, dan menghampiri ibu ku. Sebelum menghampirinya, aku sempatkan untuk cuci muka di kamar mandi, agar mata ini tidak terlalu panda. Aku fikir akan membuat ibuku khawatir jika melihat mata ku seperti tadi. Segera setelah itu aku menghampirinya. "ada apa mam?" namun ibuku tak segera menjawab, karena aku melihat beliau sedang menerima tamu didepan pintu. Penasaran menghampiriku, ingin mengetahui siapa yang datang, namun fikiran ini sungguh lelah untuk berfikir. Aku kembali kekamar, namun saat melewati ruang makan, aku mencium aroma yang sungguh membuat mata ini semangat kembali. Ternyata ibu membuatkanku makan yang paling aku sukai, karena mengingat ini hari kepulanganku dari Bandung. Ini sambutan kecil dan sederhana dari ibuku. Aku tersentuh, dan setelah aku mendengar bahwa tamu itu pergi meninggalkan rumahku, aku bergegas lari dan memeluk ibuku. "tidak penting seberapa besar masalahmu, masih ada orang-orang yang akan tetap membuatmu bahagia. tersenyumlah untuk mereka semua. terutama untuk mereka yang membuatmu sakit, karena olehnya, kau bisa merasa bahagia seperti sekarang"ucapku dalam hati dan tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar