Jumat, 21 Maret 2014

Elena: "lembar ke 10" (part 3) 'ini keinginanmu, bukan hatimu'

by: Shabrina Gatenia

Tahun demi tahun pun berlalu. Sekarang aku sudah menjadi mahasiswi semester 3 di sebuah universitas negeri di Bandung.

Malam ini, aku mencoba untuk meng-ikhlas kan semua kejadian yang membuatku sedih, marah, kecewa. Aku duduk di bangku meja belajarku yang menghadap ke pemandangan malam yang indah. Pemandangan malam yang tersenyum kepadaku, dengan banyaknya bintang bersinar yang disajikannya. Pemandangan yang bisa aku nikmati dari balik jendela kamar mungilku ini. Aku mulai membuka buku diary ku, yang sudah lama tidak ku sentuh. Namun entah mengapa, malam ini rasanya aku ingin diary kecilku ini tahu apa yang aku alami setelah terakhir ku memasang gembok mungil di sisi diary ku.

Ku buka gembok ini dengan kunci yang selalu menjadi hiasan di kalung yang ku pakai ini. Lembar demi lembar ku buka, senyum kecil muncul diwajahku. Sampai tiba di lembar ke 10, yang membuat jari ini kaku, berhenti di lembar ini. Seakan enggan menuju lembar berikutnya. Karena ternyata lembar ini tercantum tanggal disaat pertama aku menginjak dunia perkuliahan. Dengan excited membaca lembar ini kata demi kata. "ah tapi nanti gue nostalgia dong. aduh salah banget" ucapku spontan saat menginjak alenia ke dua. 

Tapi hati ini rasanya ingin membaca dan mengenang apa yang aku curahkan di lembar ke 10 ini. Tanpa berfikir panjang, aku melanjutkan membaca dengan mengahayati sepenuh hati. 

dear diary,

hari ini gue kuliah. dan rasanya capeeek banget. mana mata kuliahnya banyak, dengan suasana hati yang gak mendukung kaya gini(?) duh rasanyaa pengen istirahat. eh tapi mau cerita dulu dooong diary hehe
temen-temen gue di kampus baik-baik banget, care banget sama gue. gue kira kalo udah kuliah pada individual, tapi ternyata ga semua kaya gitu. hehe alhamdulillah

engga niat, engga ada angin engga ada hujan engga ada asap engga ada api udah ah lebay-_-v wkwk eh tiba-tiba gue ketemu sama cowo yang bikin gue tertarik. hahaha ketawa sendiri nihh. udah sih cuman ketemu aja, tapi yang bikin seneng sih gue sama doi ternyata satu fakultas. walaupun beda kelas. dannn ternyata, doi itu satu ekskul sama gue! aduh gimana ga seneng cobaaa :"D

pas ekskul kan kenalan tuh satu-satu, eh ternyata namanya dia ituuu Jeremy<3 nama yang indah yaaa, cocok sama doi yang cakeeepp! :D

tapii diary, gue sedihh. hari ini doi anehhh. yang biasanya bbm pagi hari sebelum kuliah, sama pas gue balik kuliah buat ngucapin 'hati-hati' kata kecil bermakna itu udah ga ada lagiii. positive thinking sih gue. mungkin doi sibuk :") tapiiii pas gue bbm doi, doi cuman R doang. bahkan kalo bales pun singkat-singkat. oke fine lahh mgkin doi lagi ga mau diganggu.


"aduh, sanggup baca ga nih gue" tiba-tiba terucap kata itu dari hati kecilku. Aku bingung, karena aku pun sekarang sudah berada di suasana masa-masa itu, bukan dimalam ini lagi. Pemandangan malam yang sedang tersenyum kepadaku pun tidak membuat aku ikut tersenyum. Serasa pemandangan itu tidak nyata dan aku tidak bisa merasakan keindahannya. Sejenak suara kegaduhan dirumahku ini hening tiba-tiba. Tidak ada siapapun kecuali aku di masa ini. "bismillah, oke lanjutkan" kataku untuk memantapkan hati ini.


-penasaran kelanjutannya? nantikan part 4!- selamat membaca :^)

Rabu, 19 Maret 2014

Elena: "ini keinginanmu, bukan hatimu" (part 2)

by: Shabrina Gatenia

Aku terbangun di pagi hari yang cerah, yang tentu bertolak belakang dengan hatiku sekarang. Atau tepatnya hari kemarin. Kemarin? ya, kemarin adalah hari yang ingin sekali rasanya aku buang, aku hapus dari sejarah kehidupanku. Hari yang membuat mata ini seperti mata panda. Begitu terbangun, aku langsung mencari cermin untuk memastikan apakah mata ku ini ber mata panda atau tidak. "ya tentu lah ya" ucap ku dalam hati. Oke, memang tidak ada yang bisa memungkiri 'setiap kejadian pasti ada sebabnya'. Yang bisa aku lakukan sekarang hanya meratapi hari kemarin, entah, sebenarnya aku sudah muak untuk mengingatnya. Namun, apa daya, hati dan fikiranku masih menyimpan sebuah nama. Yaitu namamu.

Aku menyadari hati dan fikiranku ini tidak bisa dibohongi. Mungkin aku yang harus mencarkan mereka jalan keluar. Agar tidak terus menerus 'kamu.. kamu.. dan kamu..' kemarin, kau lagi lagi bertindak sesuai keinginanmu. Kau hanya memperdulikan diri mu sendiri, tidak orang lain bahkan perasaan orang lain. Memang kau tidak merasakannya, namun percayakah kamu akan adanya karma? Kau tidak akan merasakan sekarang, namun suatu saat tanpa kau sadari, kau akan merasakannya atau bahkan lebih parah.

Dengan mudahnya, seakan kau hanya mengatakan satu patah kata tak berarti. Namun ini? kau telah membuat keputusan besar untuk menghempaskanku pergi jauh. Bahkan, kau tidak berfikir sekalipun saat kau mengambil keputusan ini. Lagi-lagi, ini keinginanmu, bukan hatimu. Ya, ini keinginanmu. Karena kau hanya berfikir bagaimana caranya agar dirimu tidak sakit dan menderita, sedangkan, apa kau berfikir tentang perasaanku? tentang fikiranku kepadamu? oh ya, aku lupa satu hal. Bagaimana kau bisa memikirkan yang aku rasakan, sedangkan kau tidak pernah bertanya padaku, apa yang aku rasakan dan aku fikirkan tentangmu. Dan kau sendiri tidak pernah menganggap aku pernah mengutarakan apa yang aku rasakan dan aku fikirkan tentangmu. Karena apa, karena kamu tidak ingin merasakan sakit. Lihat; betapa egoisnya dirimu.

Namaku Elena, aku memang bukan orang yang punya nama besar. Tapi cukup dengan namaku diingat oleh orang-orang yang sayang padaku; seperti keluarga, teman-teman, dan orang sekitar, itu sudah membuatku merasa terkenal karena dihargai. Aku sekarang masih bersekolah, dan sekarang aku sedang mengalami masa-masa sulit, mungkin. Karena sekarang aku duduk di bangku kelas 12 Sekolah Menengah Atas atau sering disebut SMA. Kalau dengar kata-kata SMA, pasti aku berfikir bahwa ini adalah masa-masa paling indah. Memang itu benar, tapi yang lebih tepatnya lagi, ini adalah masa-masa dimana semua yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, dan sekarang aku merasakannya. Merasakan bagaimana berjuang untuk lulus dan lebih dewasa serta bijaksana untuk menentukan masa depanku yang berada di depan mata. Menurutku ini masa yang berat, karena sedikit demi sedikit fikiranku sudah terbuka untuk lebih dewasa, tidak hanya memikirkan ini bisa diurusin orang tua. 

Bicara masa depan yang sudah ada didepan mata, ya tau lah. Itu adalah pertanyaan besar 'mau kuliah dimana aku nanti? jurusan apa ya? mau jauh dari keluarga atau disekitar sini saja?'. Aku masih bingung menjawab itu semua. Ditambah dengan masalah yang membuatku mata panda  di hari ini. Dihari setelah kepulanganku dari Bandung untuk tes masuk universitas. Kau tahu? tentu ini membuatku untuk tetap meletakkan diri di kasur didalam kamar kesayanganku ini. Kamar yang hanya berukuran 3x4 mungil ini tempat dimana aku menghabiskan hari kemarin. Hari yang hampir 100% membuat aku terpuruk tanpa harapan. 

"Elenaa.." terdengar suara yang memanggilku dengan penuh kasih sayang. Siapa lagi kalau bukan ibu tercinta. "Iyaa mam, aku kesana" aku jawab dengan suara lemas, dan dengan segera aku membangkitkan tubuh yang sudah dirampok semangatnya, dan menghampiri ibu ku. Sebelum menghampirinya, aku sempatkan untuk cuci muka di kamar mandi, agar mata ini tidak terlalu panda. Aku fikir akan membuat ibuku khawatir jika melihat mata ku seperti tadi. Segera setelah itu aku menghampirinya. "ada apa mam?" namun ibuku tak segera menjawab, karena aku melihat beliau sedang menerima tamu didepan pintu. Penasaran menghampiriku, ingin mengetahui siapa yang datang, namun fikiran ini sungguh lelah untuk berfikir. Aku kembali kekamar, namun saat melewati ruang makan, aku mencium aroma yang sungguh membuat mata ini semangat kembali. Ternyata ibu membuatkanku makan yang paling aku sukai, karena mengingat ini hari kepulanganku dari Bandung. Ini sambutan kecil dan sederhana dari ibuku. Aku tersentuh, dan setelah aku mendengar bahwa tamu itu pergi meninggalkan rumahku, aku bergegas lari dan memeluk ibuku. "tidak penting seberapa besar masalahmu, masih ada orang-orang yang akan tetap membuatmu bahagia. tersenyumlah untuk mereka semua. terutama untuk mereka yang membuatmu sakit, karena olehnya, kau bisa merasa bahagia seperti sekarang"ucapku dalam hati dan tersenyum.

Ini keinginanmu, bukan hatimu.

by: Shabrina Gatenia

Kau tidak mengerti yang aku rasakan sekarang. Yang kau tahu, kau hanya sibuk sendiri dengan dunia mu, dan menempatkanku di perbatasan tembok tinggi menjulang yang kuat. Kau hanya ingin menyingkirkanku dengan cara mu yang tidak mau berurusan denganku. Kau tidak ingin ada perpisahan, karna kau pun menyesali pernah memulai denganku. Entah, kau menutupi perasaanmu, atau aku hanya; 'sok tahu'.

Aku tidak pernah mengerti mengapa seperti ini terjadi tidak hanya sekali dua kali, bahkan berkali-kali dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh. Aku tahu ini rumit, dan bahkan kau mengira aku hanya memperbesar sebuah masalah bagiku dan bagimu, ini bukan masalah. Betapa egoisnya dirimu, betapa kau bertindak sesuka keinginanmu, bukan sesuka hatimu. Karna, kau tak tahu bahkan; hatimu merindukanku.

Rindu? mungkin itu salah satu dari sekian banyak hal yang membuat seseorang dalam kondisi yang bisa dibilang sedang 'labil'. Karna disaat rindu datang, semua memory atau kenangan dari masa lalu yang masih kau simpan di hati dan alam bawah sadarmu pun seakan nyata dan sedang kau telusuri satu per satu. Seakan kau sedang ada di saat-saat 'indah' atau 'sedih' itu. Tak ada yang bisa memungkiri disaat kau rindu padaku dan kau katakan kau tidak rindu, atau bahkan kau tidak percaya adanya rindu.

Karena sebenarnya hatimu sangat merindukanku tetapi kau mengkahimi hatimu untuk mengikuti keinginanmu, yang tidak kau sadari bahwa itu membuat hatimu sakit, muak dan marah kepadamu. Kau tahu? mengapa kau masih 'terjebak nostalgia' atau belum bisa move on? itu karena kau telah mambuat hatimu marah kepadamu, dan dia ingin membuatmu mendengarkan mereka. Siapa mereka? ya, mereka adalah suara-suara dari hatimu yang berkata bahwa "kau merindukannya. janganlah mengelak". Mungkin, kau perlu sadari itu.